Mungkin, engkau terlalu sibuk mengagumi fajar,
hingga tak sadar, jejakku yang tertatih mengejarmu
menembus kelabu
Begitu senyap, seolah tak ingin ku mendengar
Namun dalam sendiri, aku tetap berdo'a
Bila memang biru yang tanpa batas lebih indah bagimu
maka berlayarlah
Lama sudah terbaca, terngiang dalam setiap nada
Cermin yang melukis wajah pasi
Tak elok walau tersenyum sepenuh diri
Pantas saja..
bila engkau ingin pergi
"Aku juga mencintaimu," katamu
aku menunduk dalam, sebab ku tahu, seluruhku tak pernah menggenapimu
Namun memilikimu, walau sebentar,
adalah mimpi yang selama ini kuikrarkan dalam rahasia
Senja itu, kita menyusuri ramai kota
mengagumi kerlip sewarna angkasa
Namun entah mengapa, buatku semua gulita
melihatmu yang begitu dekat, namun entah mengapa terasa jauh berdepa
Di antara mereka, engkau mengisi celah di rinai purnama
senyum yang selalu kukagumi, rapuh yang senantiasa kujaga
lalu setelah itu, aku tak mengingat apa-apa
selain hujan yang tiba-tiba menenggelamkan ratusan pasang mata
Mungkin pagi itu, engkau sungguh bahagia melihat matahari tiba
Hingga kau lupa pada kabut dan badai, serta bahu tempatmu bersandar
Namun aku tak ke mana-mana, kan tetap kuserbu langit dengan do'a
Mengepung pintu-pintunya,
berharap tentang baikmu, di manapun kelak kau berada
Bagus, kak. Keep it up.
ReplyDelete